BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dewasa ini setiap satuan pendidikan
secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan
tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi:
(a) standar isi;
(b) standar proses;
(c) standar kompetensi lulusan;
(d) standar pendidik dan
tenaga kependidikan;
(e) standar sarana dan prasarana;
(f) standar pengelolaan;
(g) standar pembiayaan;
(h) standar penilaian pendidikan.
Peserta didik yang berada pada
sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada
usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ
tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami
hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan
Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan
secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan
dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan
bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan
pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III)
antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka
mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan
bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%,
kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%.
Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas
empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin
memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang
hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di
daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah
dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat
hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman
Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada pendidikan
prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan
bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di
Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa
peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah
lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan
taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip
pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah
dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan
pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan
dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional
Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di
tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan
serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
- Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?
- Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?
- Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu?
- Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu?
- Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar?
C. Tujuan
Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas,
maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.
- Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.
- Untuk menidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran terpadu.
- Untuk menidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu.
- Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini, yaitu:
- Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa calon guru SD.
- Dapat menunjang bahan mata kuliah Pembelajaran Terpadu.
- Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khusunya untuk guru SD tentang model pembelajaran terpadu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pembelajaran Terpadu
Beberapa pengertian dari
pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran
terpadu diantaranya :
1)
menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan
dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated
curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated
learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi
mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau
boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari
sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai
kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu
menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur
yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik
pusatnya (center core / center of interest);
2)
menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua
pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian
pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA
terpadu.
Menurut Prabowo (2000:2),
pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan
dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna
disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh
pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Pembelajaran terpadu merupakan
pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan
yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar
pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Langkah awal dalam melaksanakan
pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam
langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan
mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan
dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran
di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk
terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk
mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka
kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya.
Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung,
pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan
pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).
B. Prinsip-prinsip
Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula
prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip
penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip
evaluasi dan 4) prinsip reaksi.
- Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
- Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
- Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
- Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang
penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas
tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa
dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke
suatu kesatuan utuh dan bermakna.
Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a) pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b) Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
Pembelajaran ini dikenal dengan
istilah “integrated day “ atau hari terpadu. Diawali dengan kegiatan
pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar,
alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang terlaksananya
pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan arahan kepada
murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan kegiatan, dan
cara siswa memperoleh bantuan guru.
Implikasi dari pembelajaran terpadu,
bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran
terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran terpadu yang terbentuk dari
tema sentral.
Implementasinya menuntut
dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah terstruktur. Pengorganisasian
pada awal kegiatan mencakup penentuan tema dengan mempertimbangkan alat, bahan,
dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan serta cara guru membantu siswa. Untuk
pelaksanaanya guru bekerjasama dengan guru kelas lainnya dalam merancang
kegiatan belajar mengajar dengan memilih tema sentral transportasi dalam
kehidupan.
C. Ciri-ciri
Pembelajaran Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002:15)
mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:
- Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
- Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
- Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Sejalan dengan itu, Tim Pengembang
PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri
berikut ini.
- Berpusat pada anak
- Memberikan pengalaman langsung pada anak
- Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
- Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
- Bersikap luwes
- Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
D. Kelebihan dan
Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki
kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.
- Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
- Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
- Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
- Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
- Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
- Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping ada kelebihan di atas,
pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu
pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk
melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran
langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas (ttg:9) mengidentifikasi beberapa
kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri
yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru
dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar
tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin
juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah
pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan
pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi
pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian
target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
4. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu memerlukan cara
penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar
peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran terpadu
berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya
bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka
guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut
sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu
sendiri.
E.
Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah Dasar
Piaget mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra
operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal. Anak-anak
usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit,
sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas
hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini.
Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa
perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat
terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi
aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan
itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Merujuk pada teori-teori belajar, di
antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah
hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice).
Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus
diperhatikan oleh guru, yaitu:
- asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
- asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),
- asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,
- asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran terpadu tidak
hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk
peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya
model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik (Depdikbud: 1996:3).
Beberapa alasan pembelajaran terpadu
cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.
- Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
- Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula
(kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau
integrated learning (pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum
terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan,
seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri
Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah
suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis
batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu
merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang
mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran
terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu
aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum
terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran
secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad).
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada
pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan,
mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa
didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil
pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan
tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs
when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the
curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat
diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa
belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang
sama.
Pembelajaran terpadu sangat
memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan
melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun
emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna,
dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan
masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad, pada
proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan
yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya
untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri
sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan
integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang
merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan
pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal
ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi
merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan siswa.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat pada anak (student centered),
proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan
antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali
mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Salah satu keterbatasan yang
menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor evaluasi. Pembelajaran
terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada
proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak
instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak
pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran
terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.
Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
B. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi
para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para
guru di SD diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang
terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan
bagi peserta didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Indrawati. 2009. Model
Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
IPA).
Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran
Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Anda sedang membaca artikel tentang Makalah “Pembelajaran Terpadu” dan anda bisa menemukan artikel Makalah “Pembelajaran Terpadu” ini dengan url http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/makalah-pembelajaran-terpadu.html. Anda dapat Mengcopy Artikel Makalah “Pembelajaran Terpadu” ini untuk kepentingan pendidikan. Semoga artikel Makalah “Pembelajaran Terpadu” ini bermanfaat Bagi Anda. Mohon tinggalkan komentar setelah Anda membaca artikel Makalah “Pembelajaran Terpadu” ini. untuk dijadikan sebagai perbaikan dari artikel ini. bagi yang mau menyumbangkan makalah kirim melalui email sangmahasiswaabadi@gmail.com