KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat selesai dengan
lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka mengenai penerapan
karakteristik kepemimpinan dalam sektor publik pada Perusahaan Listrik Negara
(PLN).
Karya tulis ini dapat selesai dengan lancar berkat bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan
Yang Maha Esa;
2.
Dosen sekaligus
fasilitator dalam Mata Kuliah Kepemimpinan;
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya
penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Depok, Desember 2010
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dimensi kepemimpinan sering digunakan sebagai
sebuah kajian yang menarik terutama terhadap keberhasilan pemimpin dalam suatu
organisasi. Kompetensi kepemimpinan dapat diketahui dari keberhasilan seseorang
dalam kepemimpinannya bagi pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin dituntut
harus mampu membawa organisasi yang dipimpinnya memberikan kinerja yang
berkualitas.
Kepemimpinan
sendiri tidak dapat dilepaskan dengan proses berjalannya suatu organisasi
publik. Menurut Hughes (1992), organisasi publik dibuat oleh publik, untuk
publik, dan karenanya harus bertanggung jawab kepada publik.[1]
Berdasarkan pada pendapat ini, pemimpin organisasi publik diwajibkan memiliki
akuntabilitas atas kinerja yang dicapai organisasinya. Pemimpin organisasi
publik juga harus bekerja untuk tujuan utama organisasi publik yaitu memberikan
pelayanan dan mencapai tingkat kepuasan masyarakat seoptimal mungkin.
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
merupakan salah satu contoh organisasi publik yang berkewajiban untuk
memberikan pelayan prima berupa penyediaan listrik kepada masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia.
Namun, hingga saat ini masih sering muncul keluhan-keluran dari masyarakat yang
mengeluhkan tentang buruknya pelayan yang diberikan oleh PLN. Contoh keluhan
masyarakat atas buruknya pelayanan yang diberikan PLN yaitu seringnya pemadaman
listrik bergilir yang terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di wilayah
Sumatera Selatan, terutama di Kabupaten
4 Lawang, Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan Ogan Ilir.[2]
Tuntutan
masyarakat akan pelayanan pendistribusian, mengharuskan pembenahan dalam organisasi
PLN. Masih tingginya tingkat keluhan masyarakat pengguna jasa menunjukkan bahwa
pemerintah beserta pimpinan PLN masih belum sepenuhnya mampu menciptakan sistem
pelayanan yang dapat diterima oleh rakyat. Jika tidak ditindaklanjuti secara
tepat, hal ini sedikit banyak telah membawa dampak hilangnya kepercayaan publik
terhadap PLN.
Tindak lanjut
terhadap tuntutan masyarakat ini juga dipengaruhi oleh kepemimpinan yang
ditetapkan dalam PLN. Peran pemimpin dalam menggerakkan organisasi PLN ini
sangat penting dalam mengatasi ketidakpuasan dari masyarakat. Pemimpin dapat
melakukan perbaikan terhadap pelayanan PLN dengan memakai karakteristik
kepemimpinan yang berkualitas dalam sektor publik. Melalui makalah ini, tim
penulis ingin menggali lebih jauh seberapa besar teori karakteristik
kepemimpinan yang berkualitas dalam sektor publik diadaptasi oleh pemimpin di
dalam organisasi BUMN khususnya PLN.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini yaitu sebagai berikut.
- Bagaimana karakteristik kepemimpinan yang diterapkan di Perusahaan Listrik Negara (PLN)?
- Bagaimana perbandingan antara teori karakteristik kepemimpinan yang berkualitas dalam sektor publik dengan penerapannya secara langsung di Perusahaan Listrik Negara (PLN)?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
- Mengetahui bagaimana karakteristik kepemimpinan yang diterapkan di Perusahaan Listrik Negara (PLN).
2.
Mengetahui bagaimana
perbandingan antara teori karakteristik kepemimpinan yang berkualitas dalam
sektor publik dengan penerapannya secara langsung di Perusahaan Listrik Negara
(PLN)
1.4. Metode Penulisan
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1. Teori Kepemimpinan Dalam Sektor Publik
Kepemimpinan menjadi salah
satu faktor kunci dalam kehidupan organisasi, termasuk pada sektor publik.
Thoha (2004) menyatakan bahwa suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal
sebagian besar ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Begitu pentingnya masalah
kepemimpinan ini, menjadikan pemimpin selalu menjadi fokus evaluasi mengenai
penyebab keberhasilan atau kegagalan organisasi.[3]
Ada beberapa pakar yang
mendefinisikan tentang kepemimpinan. Berikut adalah beberapa definisi mengenai
kepemimpinan.
- George R. Terry mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.[4]
- Ordway Tead mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.[5]
- Rauch & Behling mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.[6]
- Katz & Kahn mendefinisikan kepemimpinan sebagai peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.[7]
- Hemhill & Coon mengartikan kepemimpinan sebagai perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).[8]
Robbins (1996) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah
tercapainya suatu tujuan. Kepemimpinan adalah pengaruh antara pribadi yang
dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke
arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Kepeminpinan menyangkut
proses pengaruh sosial yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang
lain untuk menstruktur aktivitas dan pengaruh di dalam sebuah kelompok atau
organsiasi. Kartini (1994) menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu,
menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi kerja,
mengemudikan organisasi dan menjaring jaringan komunikasi dan membawa
pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan
perencanaan.
Siagian (1997) berpendapat bahwa
peranan para pimpinan dalam organisasi sangat sentral dalam pencapaian tujuan
dari berbagai sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan mempunyai fungsi
penentu arah dalam pencapaian tujuan, wakil dan juru bicara organisasi,
komunikator, mediator dan integritor. Menurut Siagian (1997) perilaku kepemimpinan
memiliki kecenderungan pada dua hal yaitu konsiderasi atau hubungan dengan bawahan
dan struktur inisiasi atau hasil yang dicapai. Kecenderungan kepemimpinan menggamnbarkan
hubungan yang akrab dengan bawahan misalnya bersikap ramah, membantu dan
membela kepentingan bawahan, bersedia menerima konsultasi bawahan dan
memberikan kesejahteraan. Kecenderungan seorang pemimpin memberikan batasan
antara peranan pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi
pelaksanaan tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa yang akan dicapai). Suatu
gaya pemimpin atau manajer dalam organisasi merupakan penggambaran langkah
kerja bagi karyawan yang berada dibawahnya.
Gaya kepemimpinan mengundang arti cara pemimpin mempengaruhi bawahan untuk
lebih dapat berbuat atau berusaha dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan
demikian gaya dari seorang pemimpin dapat mempengaruhi peningkatan kinerja
karyawan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin atau manajer dalam mengarahkan dan
menggerakkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang direncanakan merupakan hal
yang penting dalam suatu organisasi. Karyawan yang antara kinerja dan kepuasan
kerja tidak merasa bahwa pemimpin dalam melakukan tugas kepemimpinannya selalu
dapat memperhatikan aspirasi dan juga dapat mengatur tugas-tugas yang harus
diperhatikan dengan baik, akan dapat menimbulkan suatu perasaan senang pada
karyawan terhadap pemimpin tersebut. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan seorang
pemimpin juga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kepuasan yang ada
pada karyawan.
Chruch (1997) menjelaskan bahwa secara lebih khusus kepuasan karyawan
dikaitkan dengan sejauh mana manajer senior menunjukkan etika dan integritasnya
sebagai pemimpin. Manajer menengah bergantung pada metode inspirasional dari
pemotivasian dan kerjasama dengan karyawan lainnya. Dalam hubungannya antara
gaya kepemimpinan dengan kinerja individu / karyawan dari hasil penelitian Mc
Neese dan Smith (1996) bahwa ada pengaruh positif antara gaya kepemimpinan
dengan kinerja. Demikian pula Shea (1999) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja. Guritno (2004) dalam Masrukhin
& Waridin (2006) menunjukkan bahwa perilaku (misalnya pola atau gaya) kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa gaya kepemimpinan
seseorang dalam sebuah organisasi dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan
(terutama pada bawahan) dan kinerja karyawannya.[9]
Definisi sektor publik sendiri juga
banyak diungkapkan oleh beberapa pakar. Berikut adalah definisi mengenai sektor
publik.
·
Mardiasmo
mendefinisikan sektor publik sebagai suatu entitas
yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan
pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan hak publik.[10]
·
Bastian
mengatakan bahwa dari sisi kebijakan publik, sektor publik dipahami sebagai
tuntutan pajak, birokrasi yang berlebihan, pemerintahan yang besar dan
nasionalisasi versus privatisasi.[11]
Mark Tucci (2008) menyebutkan
beberapa karakteristik penting kepemimpinan dalam sektor publik atau kepemerintahan.[12]
1.
Membangun kesatuan tujuan (building unity of purpose) dengan cara berbagi visi (shared vision). Yaitu, melibatkan
sekaligus mendidik aparatur dan mempertegas hal-hal yang menjadi tanggung jawab
pada dirinya, sehingga tidak berkembang buruk dengan pola-pola mengambil
manfaat pribadi.
2.
Melakukan klarifikasi arahan (clarifying direction) berupa langkah-langkah strategis yang
diturunkan dari visi dan pola-pola aksi terukur. Ini penting supaya aparat
memahami sasaran ideal yang ingin dicapai dan rencana kerja detail yang menjadi
bagian tugasnya. Inilah kesempatan terbaik untuk menjabarkan visi menjadi
kenyataan. Arahan dan penjabaran sekaligus dapal dikembangkan dalam ukuran
serta nilai-nilai Pancasila dan Wawasan Kebangsaan.
3. Melakukan pergeseran dari pendekatan
transaksi menjadi transformasi, untuk menghindari fokus yang sempit dan hanya
berorientasi transaksi individual. Pergeseran dari transaksi menjadi
transformasi dapat terjadi apabila aparat memahami bahwa tugas sehari-hari
mereka merupakan bagian dari tujuan organisasi; mampu menghubungkan antara
program operasional, proyek dan isu secara jelas; serta paham atas kebutuhan
akan berbagai inovasi untuk berbagai solusi; mampu berkolaborasi, koordinasi,
dan mendukung tim kerja sehari-hari secara terus menerus meningkatkan proses
kerja.
Penjelasan tentang hubungan antara faktor kepemimpinan dan kualitas
pelayanan publik dikemukakan oleh Katz dan Kahn dalam Richard M. Steer
(Tangkilisan, 2005), dimana kualitas kepemimpinan dalam berbagai bentuk
memperlihatkan perbedaan antara organisasi yang mampu mencapai tujuan dan yang
tidak. Dikatakan bahwa kepemimpinan dapat mengisi beberapa fungsi penting yang
diperlukan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya, seperti berikut ini :[13]
1.
Dalam fungsi
mengisi kekosongan akibat ketidaklengkapan atau ketidaksempurnaan desain
organisasi. Ada banyak hal dalam aktivitas organisasi publik yang tidak diatur
dalam peraturan perundangan sebagai dasar pembentukan organisasi publik. Karena
itu tugas pemimpin adalah mewakili organisasi publik dalam setiap kegiatan yang
menyangkut tugas dan fungsi pokok birokrasi publik. Tugas-tugas lain, baik
internal maupun eksternal, yang belum diatur dalam perundangan yang ada,
menjadi tanggung jawab pimpinan.
2.
Membangun
mempertahankan stabilitas organisasi dalam lingkungan yang bergolak, dengan
memungkinkan dilakukan penyesuaian dan adaptasi yang segera pada kondisi
lingkungannyang bergolak atau yang sedang berubah. Dalam menindaklanjuti
aktivitas layanan, sudah menjadi tugas pimpinan dan para stafnya untuk
melakukan persiapan diri jika mekanisme, metode, dan teknik yang bersifat
substansial maupun peraturan perundangan yang melatarbelakanginya.
3.
Membantu
koordinasi internal dari
unit-unit organisasi yang berbeda-beda, khususnya selama nasa pertumbuhan dan perubahan. Kepemimpinan
dapat meredam serta menjadi pemisah bagi kelompok-kelompok yang berkomflik
dalam organisasi. Tugas dan fungsi organisasi publik tidaklah ringan, karena
keberhasilan layanan sangat ditentukan oleh kualitas kerjanya. Inilah tugas berat
dari organisasi publik, karena itu dibutuhkan seorang pimpinan yang mampu
mengatasi gejolak atau konflik internal sehingga tidak mengganggu kinerja serta
prestasi organisasi publik.
4. Memainkan peranan dalam mempertahankan susunan anggota yang stabil dengan
cara pemenuhan kebutuhan anggota secara memuaskan. Untuk mensukseskan
organisasi publik dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pimpinan dan stafnya
perlu memikirkan kesejahteraan karyawan, baik kebutuhan fisik, spritual, maupun
kepuasan-kepuasan lain yang menjadi ukuran karyawan sendiri. Jika kondisi ini
terpenuhi, tidaklah sukar bagi organisasi publik untuk mengemban tugas yang
diberikan kepadanya.
Dalam
mewujudkan pelayanan prima, seorang pemimpin harus berani melakukan perubahan.
Karena itu diperlukan kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan yang
mampu sebagai agen perubahan. Berbagai perubahan mungkin mendapatkan tantangan
dan hambatan, baik dari dalam maupun luar organisasi namun seorang pemimpin
transformasional harus berani menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan
ketidakpastian tersebut dengan menyiapkan strategi terbaik. Perubahan-perubahan
yang dapat dilakukan seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik, antara lain :[14]
a.
Memangkas
berbagai birokrasi yang sudah tidak relevan.
b.
Menerapkan contestability (membandingkan
pelayanan yang dilakukan unit organisasinya dengan organisasi lain untuk
melihat efisiensi dan efektivitasnya) bahkan mengembangkan kontrak dengan
sektor swasta (jika hal ini merupakan jalan terefektif dan terefisien yang
harus ditempuh).
c.
Menggunakan
berbagai teknologi baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
d.
Mengembangkan
kebijakan publik yang berorientasi pada pelanggan (customer focus)
Dalam
perspektif pelayanan publik, pemimpin harus mampu membawa organisasi publik dalam
memberikan pelayanan prima. Karena pada hakekatnya dibentuknya organisasi
publik adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tangkilisan (2005)
mengatakan bahwa organisasi publik dikatakan efektif apabila dalam realita pelaksanaannya
birokrasi dapat berfungsi melayani sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client),
artinya tidak ada hambatan (sekat) yang terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat
dan tepat dalam memerikan pelayanan, serta mampu memecahkan fenomena yang menonjol
akibat adanya perubahan sosial yang sangat cepat dari faktor eksternal. Efektivitas
organisasi publik tersebut merupakan produk dari sebuahsistem yang salah sistem
(unsur) adalah sumber daya manusia aparatur.
BAB 3
GAMBARAN UMUM
3.1. Gambaran Umum Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
merupakan sebuah Bandan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur Utama PLN saat ini adalah Dahlan Iskan, yang dilantik pada 23 Desember 2009,
menggantikan Fahmi Mochtar yang telah menjabat sejak 2008.
PLN memiliki sejarah
panjang dalam industri ketenagalistrikan di Indonesia. Sebagai satu-satunya
perusahaan penyedia listrik di tanah air, PLN berusaha untuk terus meningkatkan
kualitas layanan bagi seluruh komponen masyarakat Indonesia. Perkembangan
ketenagalistrikan di Indonesia berawal pada abaad 19, saat beberapa
perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh
mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun
1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut
oleh Jepang,setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal
Perang Dunia II.[15]
Proses peralihan kekuasaan
kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945,
selanjutnya sejak pengalihan tersebut, pada 1 Januari 1961, Jawatan
Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik
Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada
tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara
dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun
1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik
Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum.[16]
Seiring dengan kebijakan Pemerintah
yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis
penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan
Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam
menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang, sejak ditetapkannya
UU No. 30/ 2009 tentang UU Ketenagalistrikan, pemerintah memberikan keluasan
kesempatan bagi pemerintah daerah, selain perusahaan swasta untuk ikut
berperan dalam memberikan supply listrik bagi masyarakat Indonesia.
Moto PLN
saat ini adalah “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik”. Sedangkan
visi dan misi PLN dijabarkan senagai berikut.[17]
Visi :
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insan.
Misi :
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insan.
Misi :
- Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
- Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
- Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
- Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Gambar 3.1
Logo Perusahaan Listrik Negara
Sumber:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheP2_4wDYvKES8tX-TV2rjJUztk6pHygqzXiGjmUdie9j8mTsDpAuF8TNieNojnq7DNEcFn-JCOvCY4A4J3c_1XC4HgE8DROi1asOhLa0pxo77mqNZNhdg2mHvfWfne_MQtSdhYS_ojrk/s400/logo+PLN.jpg diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.14 WIB
Bentuk, warna dan makna logo Perusahaan Listrik
Negara resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1
Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.
Elemen-elemen yang ada dalam logo PLN dapat diartikan sebagai berikut.[18]
- Bidang persegi panjang vertikal berwarna kuning menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
- Petir atau kilat melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman
- Tiga gelombang memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Kepemimpinan yang Diterapkan di Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Tuntutan
akan kualitas dan kinerja kepemimpinan dalam penyelenggaraan di sektor publik
semakin mengemuka dan terus meningkat. Hal ini menjadi faktor penting bagi
seorang pemimpin dan calon pemimpin di dalam membawa perubahan dalam organisasi,
serta memotivasi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
menjadi basis dalam manajemen sumber daya manusia yang diharapkan tidak saja
pada aspek operasional yaitu dalam pembentukan kualitas kehidupan kerja tetapi
juga pada aspek stratejik yang mendasari terbentuknya kondisi kehidupan kerja
tersebut.
Dari
uraian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai peranan yang besar
untuk memaksimalkan organisasi bekerja dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas. Dalam kaitan ini, pengalaman dari negara-negara di Asia
menunjukkan bahwa kepemimpinan pemerintahan menjadi kunci perubahan.
Keberhasilan Malaysia dan Singapura menjadi negara yang mampu memberikan
pelayanan publik yang berkualitas terutama karena faktor kepemimpinan.
Untuk
memaksimalkan kegiatan organisasi dan memberikan pelayanan yang berkualitas
tersebut, PT. PLN memberlakukan ”pedoman perilaku” yang diterapkan pada seluruh
pemimpin di setiap tingkatan divisi. Setiap pemimpin mempunyai kewajiban, antara lain:
a.
Menciptakan
budaya kepatuhan terhadap pedoman perilaku dan kebijakan perusahaan yang
menyadarkan pegawai atas tugas dan tanggung jawabnya.
b.
Mendorong
terbangunnya perilaku etis dalam melaksanakan pekerjaan agar tercapai kinerja individu
dan kinerja perusahaan yang terbaik.
c.
Mencegah
terjadinya masalah kepatuhan :
-
Sosialisasikan kebijakan yang berlaku.
-
Sediakan fasilitas informasi untuk memahami semua kebijakan yang berlaku.
d.
Mendeteksi
permasalahan :
-
Mengembangkan sistem pengaduan yang efektif.
-
Mengontrol secara berkala untuk meminimalkan pelanggaran.
e.
Merespon
permasalahan.
-
Melakukan tindakan koreksi bila ada permasalahan.
-
Memberikan penghargaan kepada pegawai yang
f.
Menjadi
teladan di tempat kerjanya.
-
Memberikan hukuman bagi yang melanggar.
- Melaporkan sesuai prosedur yang berlaku.[19]
Tuntutan akan perbaikan atas kondisi pelayanan publik dewasa ini
semakin besar dan menjadi agenda utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seorang pemimpin harus mampu melakukan perubahan-perubahan menuju perbaikan
secara sistematis dan terukur. Namun demikian berbagai upaya reformasi yang
sifatnya lebih ’internal’ tersebut juga harus dibarengi dengan suatu pengembangan
strategi yang bersifat internal dan eksternal. Strategi ini diarahkan pada
pengembangan ’citra baik’ organisasi dan pelayanan yang diberikan oleh organisasi
publik. PT. PLN sendiri memiliki strategi-strategi berupa standar ukuran
perilaku yang harus dilakukan ataupun yang tidak boleh dilakuakan oleh seorang
pemimpin di dalam lingkuingan internal maupun lingkungan eksternal nya.
Yang
harus dilakukan Pemimpin pada PT. PLN, antara lain sebagi berikut:
- Menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku Saling Percaya, lntegritas, Peduli dan Pembelajar.
- Mempelopori pembaharuan dan modernisasi perusahaan melalui pemikiran out of the box.
- Memastikan semua unsur Perusahaan bekerjasama secara sinergis guna mendapatkan kinerja unggul dan meningkatkan pelayanan publik
- Membina kader melalui proses CMC (Coaching, mentoring dan conseling)
- Mengantisipasi kondisi turbulence dan lingkungan yang selalu berubah dengan gesit (agility) dan fleksibel.
Yang
tidak boleh dilakukan oleh seorang pemimpin pada PT. PLN:
- Menyalah gunakan wewenang dan jabatan.
- Minta dilayani.
- Ego sektoral (berpikir terkotak-kotak), diskriminatif dan subyektif
- Mengembangkan situasi urgen menjadi kepanikan
- Menghambat kompetensi dan karir insan PLN
Setiap
perusahaan sektor publik memiliki karakteristik kepemimpinan yang berkualitas
yang harus dimiliki oleh setiap pimpinannya agar dapat menjalankan perusahaan
sesuai dengan tujuan perusahaan. Akan tetapi, tidak semua perusahaan di sektor
publik memiliki karakteristik kepemimpinan yang sama. Hal ini dikarenakan
setiap perusahaan mempunyai budaya organisasi, tujuan organisasi, dan lingkungan organisasi yang berbeda-beda.
Begitu juga dengan PT. PLN yang mempunyai karakteristik kepemimpinan yang
berbeda dengan perusahaan di sektor publik lainnya.
Karakteristik kepemimpinan PLN antara lain sebagai berikut:
- Menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku Saling Percaya, lntegritas, Peduli dan Pembelajar.
- Mempelopori pembaharuan dan modernisasi perusahaan melalui pemikiran out of the box.
- Memastikan semua unsur Perusahaan bekerjasama secara sinergis guna mendapatkan kinerja unggul dan meningkatkan pelayanan publik.
- Membina kader melalui proses CMC (coaching, mentouring dan konseling)
- Mengantisipasi kondisi turbulence dan lingkungan yang selalu berubah dengan gesit (agility) dan fleksibel
Pengelolaan
perusahaan atas dasar prinsip-prinsip kepemimpinan disertai semangat good corporate gover-nance
merupakan sumbangan yang signifikan bagi pem-bangunan nasional yang masih
menghadapi tantangan berat, termasuk di bidang energi listrik, yang selalu menjadi
bahan diskusi masyarakat sehari-hari, karena menjadi kebutuhan dasar di
kalangan industri maupun, masyarakat umum.
terlebih di tengah krisis energi dunia saat ini.
4.2. Perbandingan Antara Teori Karakteristik Kepemimpinan yang Berkualitas Dalam Sektor Publik dengan Penerapannya Secara Langsung di Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Dimensi
kepemimpinan telah lama menjadi kajian yang menarik terutama terhadap
keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi. Kompetensi kepemimpinan dapat
diketahui dari keberhasilan seseorang dalam kepemimpinannya bagi pencapaian
tujuan organisasi. Seorang pemimpin aparatur dituntut harus mampu membawa
organisasi publik yang dipimpinnya memberikan pelayanan yang berkualitas. Akan
tetapi sebagai suatu sistem, dimana kepemimpinan bukanlah satu-satunya sub sistem, maka
meningkatnya kualitas kepemimpinan dalam organisasi publik tidaklah otomatis
membuat kinerja dari organisasi publik tersebut akan meningkat. Apabila
kepemimpinan yang berkualitas tersebut tidak serta merta didukung dengan
sub-sub sistem lainnya seperti kelembagaan, ketatalaksanaan, sarana dan
prasarana yang memadai, maka organisasi publik yang bersangkutan tidak akan
bisa mencapai tingkat kerja yang optimal.
Akan
tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa
kepemimpinan merupakan faktor yang paling determinan sekaligus menjadikan
sub-sub sistem lain menjadi baik, yang pada akhirnya berdampak pada
ketercapaian tujuan dari organisasi publik itu sendiri. Kepemimpinan menjadi
basis dalam manajemen sumber daya manusia yang diharapkan, tidak saja pada
aspek operasional saja yakni dalam pembentukan kualitas kehidupan kerja, tetapi
juga dalam aspek strategik yang mendasari terbentuknya kondisi kehidupan kerja
tersebut. Jika kepemimpinan dalam suatu organisasi publik sudah berkualitas,
maka dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya manusia dalam organisasi
publik itu pun juga sudah baik, dan jika sumber daya manusia dalam organisasi
publik tersebut sudah baik, maka akan sangat mudah bagi organisasi publik dalam
mencapai tujuannya. Hal tersebut mengingat dalam suatu sistem, yang terpenting
ialah sumber daya manusianya, tanpa adanya manusia, maka program sebaik apapun
tidak akan dapat berjalan dengan sukses.
Untuk
itu, penulis ingin mengetahui bagaimana karakteristik kepemimpinan yang
diterapkan di PT. PLN, serta membandingkan antara kepemimpinan tersebut dengan
karakteristik kepemimpinan yang berkualitas. Dalam hal ini, penulis menggunakan
teori dari Mark Tucci (2008).
Perbandingan
karakteristik kepemimpinan yang berkualitas dengan karakteristik kepemimpinan
yang diterapkan di PT. PLN :
Karakteristik Kepemimpinan yang Berkualitas
|
Karakteristik Kepemimpinan di PLN
|
1.
Membangun kesatuan tujuan (building unity of purpose) dengan cara
berbagi visi (shared vision).
2.
Melakukan
klarifikasi arahan (clarifying
direction) berupa langkah-langkah strategis yang diturunkan dari visi dan
pola-pola aksi terukur.
3.
Melakukan
pergeseran dari pendekatan transaksi menjadi transformasi, untuk menghindari
fokus yang sempit dan hanya berorientasi transaksi individual.
|
1.
Menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku Saling Percaya,
lntegritas, Peduli dan Pembelajar.
2.
Mempelopori pembaharuan dan modernisasi perusahaan
melalui pemikiran out of the box.
3.
Memastikan semua unsur Perusahaan bekerjasama secara sinergis guna
mendapatkan kinerja unggul dan meningkatkan pelayanan publik.
4.
Membina kader melalui proses
CMC (coaching, mentouring dan
konseling)
5.
Mengantisipasi
kondisi turbulence dan lingkungan
yang selalu berubah dengan gesit agility dan fleksibel
|
Saat ini, PT. PLN dipimpin oleh
Dahlan Iskan, seorang sosok yang tidak memiliki latar belakang pendidikan di
bidang kelistrikan. Beliau merupakan seseorang yang berasal dari lingkungan
jurnalistik. Namun, dalam menjalankan bisnis, Dahlan tergolong sukses. Di bisnis
koran, mantan wartawan Tempo ini sukses memimpin Jawa Pos dari koran
lokal menjadi koran terbesar di Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur. Bahkan
ia memiliki jaringan koran lokal melalui Jawa Pos News Network (JPNN), yang
bermarkas di Surabaya. Begitu juga dengan pabrik kertas di Gresik untruk
menunjang bisnis media cetaknya, juga terbilang sukses.
Di masa kepemimpinannya, Dahlan
Iskan dihadapkan dengan permasalahan pelik PLN. Saat ia dilantik, PLN sedang
dalam keadaan yang selalu mengaku merugi pada setiap akhir tahun laporan
keuangan, padahal PLN adalah satu-satunya perusahaan listrik nasional yang
memonopoli bisnis perlistrikan di negeri ini. Sebagai perusahaan Negara PLN
juga mendapatkan subsidi dari pemerintah. Selain itu, permasalahan lainnya ialah
pada pelayanan yang diberikan yang memunculkan protes dari masyarakat karena
seringnya pemadaman listrik di berbagai daerah.
Menghadapi permasalahan tersebut,
Dahlan Iskan menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Hal tersebut diperlukan untuk
menganalisis situasi dan kondisi PLN sebelum diambil tindakan dan keputusan,
agar kebijakan yang dihasilkan oleh PLN dapat tepat sasaran, efektif dan
efisien serta masalah kelistrikan yang muncul sebelumnya dianalisis secara
mendalam untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang tepat baik yang terjadi
di dalam maupun di luar organisasi PLN yang dapat mempengaruhi kinerja PLN.
Masalah yang terjadi di dalam lingkungan
PLN akan berbeda-beda setiap waktunya, maka diperlukan pemecahan masalah yang
sesuai dengan situasi yang dialami PLN. Dengan diterapkannya gaya kepemimpinan
kontingensi, Dahlan Iskan sudah menerapkan karakteristik kepemimpinan PLN poin
5.
Misal, untuk mengatasi permasalahan
PLN yang selalu merugi, Dahlan Iskan fokus pada penggunaan bahan bakar gas,
karena pembangkit berbahan bakar gas biayanya lebih murah. Bila menggunakan
bahan bakar minyak (BBM), biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp. 33
triliyun, sedangkan dengan mengoperasikan pembangkit dengan bahan bakar gas
hanya membutuhkan biaya sebesar Rp. 7 triliyun (dengan asumsi harga gas
5,5/MBTU). Dengan begitu, akan terjadi efisiensi sebanyak Rp. 26 triliyun.
Efisiensi biaya tersebut, nantinya akan bisa dialihkan untuk kegiatan lainnya.
Karakteristik kepemimpinan PLN poin
pertama, dijalankan oleh Dahlan Iskan dengan menerapkan kepemimpinan yang unik
di PT. PLN ini. Jika biasanya pemimpin PT. PLN sebelumnya lebih bersifat
mengatur, memerintah, dan mengharuskan bawahannya untuk bertindak sesuai dengan
keinginan pemimpin tersebut, lain halnya dengan kepemimpinan yang diterapkan
oleh Dahlan Iskan. Beliau menerapkan kebebasan pada para karyawannya untuk
melakukan tugasnya. Dahlan berpendapat kalau karyawan PT. PLN mayoritas
merupakan lulusan terbaik ranking 1 sampai 10 dari universitas-universitas terbaik
negeri ini, dengan jumlah doctor sebanyak
20 orang dan master sebanyak 600 orang.[20] Dengan melihat potensi tersebut, Dahlan
yakin kalau para karyawan PT. PLN sudah sangat berpengalaman, bahkan mungkin
kemampuannya melebihi Bapak Dahlan sendiri, yang notabene tidak memiliki latar
belakang di bidang kelistrikan.
Dahlan Iskan memegang teguh prinsip
bahwa “Orang yang terlalu sering diberi
arahan akan jadi bebek. Orang yang terlalu sering diberi instruksi akan jadi
besi. Orang yang terlalu sering diberi peringatan akan jadi ketakutan. Orang
yang terlalu sering diberi pidato kelak hanya bisa minta petunjuk”. Untuk
itu, Dahlan berpendapat, bahwa lebih baik kalau para karyawan diberi kebebasan
dalam menuangkan ide mereka demi pencapaian tujuan. Inilah sebuah proses
lahirnya kemerdekaan ide. Dengan mayoritas karyawan latar belakangnya sebagai
lulusan terbaik, maka mereka pastinya sudah memiliki semuanya, kecuali
kemerdekaan itu. Untuk itu Dahlan menerapkan kebebasan bagi karyawan, karena jika
seseorang diberi kepercayaan, rasa tanggung jawabnya akan muncul. Selama ini,
kepintaran para karyawa kurang dimanfaatkan oleh pemimpin PLN sebelumnya,
karena penangan masalah kelistrikan selalu diserahkan kepada kontraktor swasta.
Namun kini, di masa kepeminpinan Dahlan Iskan, para insinyur itu diberi
kepercayaan, yang ujungnya cukup positif meningkatkan kinerja PLN. Berbagai
teknologi sederhana pun mampu diciptakan untuk menangani persoalan-persoalan
yang dihadapi jaringan PLN.
` Masih terkait poin pertama, dimana
kepemimpinan seharusnya menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku
Saling Percaya, lntegritas, Peduli dan Pembelajar, Dahlan Iskan melakukan
kegiatan yang berbeda dengan pemimpin PLN sebelumnya, yakni Dahlan mengajak
karyawan PLN untuk chatting. Melalui chatting ini, Dahlan jadi tahu bagaimana ungkapan
hati para karyawan PLN secara online saat itu.[21] Melalui kegiatan ini juga, dapat
meningkatkan hubungan antara Dahlan dengan para karyawan, sehingga hubungan
yang terjadi bukanlah komunikasi satu arah yakni dari atas ke bawah saja,
melainkan komunikasi dua arah.
Terkait poin kedua karakteristik
kepemimpinan PT. PLN, yakni mempelopori pembaharuan
dan modernisasi perusahaan melalui pemikiran out of the box, Dahlan
merealisasikannya dengan cara menciptakan inovasi-inovasi dalam tuuh PN,
terutama dalam hal meningkatkan
kemampuan SDM nya. Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan beliau ialah adanya
CEO’s note. Sebulan sekali, CEO PLN menulis surat
kepada seluruh karyawan PLN. Inilah cara Dahlan Iskan untuk memotivasi dan
berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawannya. Tujuannya agar seluruh
karyawan PLN yang lebih 40.000 orang itu bisa langsung membaca jalan pikiran
dan keinginan pimpinan puncak perusahaan. Setiap kali CEO’s Note terbit, banyak
tanggapan dari karyawan melalui forum email perusahaan di situs ceonote@pln.co.id. [22]
Selain CEO’s
note, dalam memperbaharui perusahaan, melalui pemikiran out of the box nya, Dahlan menerapkan kebijakan
kawasan bebas rokok di perusahaan yang dipimpinnya tersebut. Kebijakan ini
berlaku terhitung mulai awal bulan September 2010, dan berlaku bagi semua
pegawai dan tenaga kerja yang bekerja di bangunan kantor PLN, maupun bagi
tamu-tamu yang berkunjung ke kantor PLN.
Pelanggaran
terhadap ketentuan ini, bagi pegawai akan dikenakan sanksi tegas secara
berjenjang, mulai dari teguran lisan sampai demosi jabatan. Selain dimaksudkan
untuk menciptakan ruang kerja yang bebas asap rokok, kebijakan 'Kawasan
Dilarang Merokok' juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang dengan
kualitas udara yang lebih bersih dan sehat, mendorong setiap anggota perusahaan
untuk mengembangkan perilaku hidup sehat dan lebih meningkatkan produktivitas
kerja pegawai. Untuk mendukung kebijakan tersebut, pada tanggal 15 September
2010 Dahlan menyelenggarakan gerakan bebas puntung rokok, dan memberikan Rp.
1000 untuk setiap puntung rokok yang berasal dari sekitar lingkungan kantor,
baik yang ada di tong/tempat sampah yang tersebar di beberapa titik yang ada di
gedung kantor, maupun yang berasal dari di halaman kantor. Dana yang dikeluarkan
untuk penukaran sampah puntung rokok tersebut tidak berasal dari dana internal
perseroan, namun langsung dari seluruh jajaran direksi PLN. [23]
Terkait
poin ketiga,yakni memastikan
semua unsur perusahaan bekerjasama secara sinergis guna mendapatkan kinerja
unggul dan meningkatkan pelayanan publik, Dahlan melakukannya dengan turun
langsung ke lapangan, melihat permasalahan yang ada serta kinerja dari para
karyawannya. Salah satunya adalah melihat langsung penanganan mati lampu
beberapa waktu lalu di suatu kawasan di Surabaya akibat rusaknya sebuah trafo.
Mungkin ini yang justru luput dilakukan oleh sejumlah Direktur Utama PLN
sebelumnya yang terlena menyelesaikan masalah pada level atas, tapi keropos
dalam memahami realitas yang terjadi di lapangan. Dari penjelasan yang
diberikannya, sepertinya DI cukup kuat dalam menganalisis masalah di lapangan
dan sudah tahu apa yang akan diperbuatnya nanti, walaupun dia bukan seorang
insinyur.[24]
Sementara
itu, untuk poin keempat, yakni pembinaan kader melalui proses CMC (coaching, mentouring dan konseling), belum dilakukan oleh Dahlan
Iskan. Saat ini, Dahlan Iskan sedang berfokus pada peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, pemakaian bahan bakar gas sebagai pembangkit, sehingga dapat
menghemat anggaran perusahaan, serta meningkatkan hubungan baik dengan
karyawan, dan meningkatkan kepercayaan antara karyawan dengan Dahlan sebagai
pemimpin. Untuk masalah pembinaan karyawan, seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya, bahwa karyawan PLN sendiri berasal dari lulusan-lulusan terbaik
dari berbagai universitas ternama di negeri ini, sehingga menurut Dahlan, bukan
haknya yang notabene kurang memiliki pengetahuan dalam bidang kelistrikan,
menggurui karyawannya yang pengetahuan di bidang kelistrikan melebihi dirinya.
Oleh karena itu, Dahlan memberikan kebebasan bagi para karyawan yang selama ini
mungkin tidak diberikan oleh pemimpin sebelumnya, dan menurut Dahlan, sebagai
lulusan terbaik di bidang kelistrikan, mereka tahu apa yang terbaik yang harus
dilakukan.
BAB 5
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setiap perusahaan di sektor publik memiliki karakteristik kepemimpinan yang
berkualitas yang harus dimiliki oleh setiap pimpinannya agar dapat menjalankan
perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan. Begitupun dengan PT. PLN yang
memiliki karakteristik kepemimpinan antara lain: Menginspirasi dan memberikan
keteladanan perilaku Saling Percaya, lntegritas, Peduli dan Pembelajar; dapat mempelopori
pembaharuan dan modernisasi perusahaan melalui pemikiran out of the box;
memastikan semua unsur perusahaan bekerjasama secara sinergis guna mendapatkan
kinerja unggul dan meningkatkan pelayanan publik; membina kader melalui proses CMC (coaching, mentouring dan
konseling); dan juga mampu mengantisipasi kondisi turbulence dan lingkungan
yang selalu berubah dengan gesit (agility)
dan fleksibel.
PT. PLN yang saat ini dipimpin oleh Dahlan Iskan memiliki karakteristik
yang selalu menganalisis situasi dan kondisi PLN sebelum mengambil tindakan dan
keputusan, agar kebijakan yang dihasilkan oleh PLN dapat tepat sasaran, efektif
dan efisien serta masalah kelistrikan yang muncul sebelumnya dianalisis secara
mendalam untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang tepat baik yang terjadi
di dalam maupun di luar organisasi PLN yang dapat mempengaruhi kinerja PLN. Jika
dibandingkan dengan poin-poin karakteristik kepemimpinan yang berkualitas di
sektor publik, kepemimpinan Dahlan Ishan sudah termasuk ke dalam kepemimpinan
yang berkualitas.
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
·
http://muhawaluddin78.blogspot.com/2010/05/dimensi-kepemimpinan-aparatur-dalam.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 16.57 WIB
·
http://politiksaman.com/2010/09/masyarakat-sumsel-keluhkan-pemadaman.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 17.15 WIB
·
http://www.stialan.ac.id/artikel%20aziz.pdf diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.45 WIB
·
http://www.gudangmateri.com/2010/08/definisi-kepemimpinan.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.53 WIBhttp://eprints.undip.ac.id/16969/1/Dewita_Heriyanti.pdf
·
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/definisi-sektor-public.html diunduh Kamis, 12 Desember 2010 pukul 16.04 WIB
·
http://bataviase.co.id/node/154918 diunduh Kamis, 12 Desember 2010 pukul 16.09 WIB
·
http://www.stialan.ac.id/artikel%20aziz.pdf diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.45 WIB
·
http://www.pln.co.id/pro00/tentang-pln.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.10 WIB
·
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheP2_4wDYvKES8tX-TV2rjJUztk6pHygqzXiGjmUdie9j8mTsDpAuF8TNieNojnq7DNEcFn-JCOvCY4A4J3c_1XC4HgE8DROi1asOhLa0pxo77mqNZNhdg2mHvfWfne_MQtSdhYS_ojrk/s400/logo+PLN.jpg
diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.14 WIB
·
http://www.plnwil2.co.id/visi.htm diundul Kamis 9 Desember 2010 pukul 15.29 WIB
·
http://www.pln-jatim.co.id/e7/_mod/profil/?f=logo diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.21 WIB
·
Dahlan
Iskan, “Dua Tangis, Ribuan Tawa”, http://ideguru.wordpress.com, diunduh pada tanggal 12 Desember 2010.
·
Redaksi,
“Kunjungi
Sulbar, Dahlan Ajak Karyawan PLN Chatting: Ditanya
Sepatu Kets hingga Outsourcing”, http://www.jpnn.com, diunduh pada tanggal 12 Desember 2010
·
Nurseffi Dwi Wahyuni, “Dahlan Iskan Kasih Rp 1.000
ke Karyawan yang Pungut Puntung Rokok”, www.detikfinance.com, diunduh pada tanggal 11
Desember 2010
·
Redaksi,
“Menunggu Gebrakan Dahlan Iskan”, www.tempointeraktif.com, diunduh pada tanggal 12 Desember 2010.
[1] http://muhawaluddin78.blogspot.com/2010/05/dimensi-kepemimpinan-aparatur-dalam.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 16.57 WIB
[2] http://politiksaman.com/2010/09/masyarakat-sumsel-keluhkan-pemadaman.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 17.15 WIB
[3] http://www.stialan.ac.id/artikel%20aziz.pdf diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.45 WIB
[4] http://www.gudangmateri.com/2010/08/definisi-kepemimpinan.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.53 WIB
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibid
[9]
http://eprints.undip.ac.id/16969/1/Dewita_Heriyanti.pdf
[10] http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/definisi-sektor-public.html diunduh Kamis, 12 Desember 2010 pukul 16.04 WIB
[11] Ibid
[12] http://bataviase.co.id/node/154918 diunduh Kamis, 12 Desember 2010 pukul 16.09 WIB
[13] http://www.stialan.ac.id/artikel%20aziz.pdf diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.45 WIB
[14] Buyung, Bulizuar. Kepemimpinan Menuju Masyarakat Damai dan
Sejahtera. 2006. Jakarta: Midada Rahma Press.
[15] http://www.pln.co.id/pro00/tentang-pln.html diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.10 WIB
[16] Ibid
[17] http://www.plnwil2.co.id/visi.htm diundul Kamis 9 Desember 2010 pukul 15.29 WIB
[18] http://www.pln-jatim.co.id/e7/_mod/profil/?f=logo diunduh Kamis, 9 Desember 2010 pukul 15.21 WIB
[19]http://www.p3b-sumatera.co.id/attachments/465_PEDOMAN%20PERILAKU%20PT%20PLN%20(PERSERO)2010_1.pdf
[20] Dahlan
Iskan, “Dua Tangis, Ribuan Tawa”, http://ideguru.wordpress.com, diunduh
pada tanggal 12 Desember 2010.
[21] Redaksi,
“Kunjungi
Sulbar, Dahlan Ajak Karyawan PLN Chatting: Ditanya
Sepatu Kets hingga Outsourcing”, http://www.jpnn.com,
diunduh pada tanggal 12 Desember 2010
[23] Nurseffi Dwi Wahyuni, “Dahlan Iskan Kasih Rp 1.000
ke Karyawan yang Pungut Puntung Rokok”, www.detikfinance.com, diunduh pada tanggal 11 Desember 2010
[24] Redaksi,
“Menunggu Gebrakan Dahlan Iskan”, www.tempointeraktif.com, diunduh
pada tanggal 12 Desember 2010.
Anda sedang membaca artikel tentang PENERAPAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS DALAM SEKTOR PUBLIK DI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) dan anda bisa menemukan artikel PENERAPAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS DALAM SEKTOR PUBLIK DI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) ini dengan url http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/penerapan-karakteristik-kepemimpinan.html. Anda dapat Mengcopy Artikel PENERAPAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS DALAM SEKTOR PUBLIK DI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) ini untuk kepentingan pendidikan. Semoga artikel PENERAPAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS DALAM SEKTOR PUBLIK DI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) ini bermanfaat Bagi Anda. Mohon tinggalkan komentar setelah Anda membaca artikel PENERAPAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS DALAM SEKTOR PUBLIK DI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) ini. untuk dijadikan sebagai perbaikan dari artikel ini. bagi yang mau menyumbangkan makalah kirim melalui email sangmahasiswaabadi@gmail.com